Kenangan Ramadhan di Leuven

Seperti hari-hari yang lalu, di awal aktifitas belajarku di kota ini, kesibukan masih di dominasi oleh keresahan menunggu-nunggu. Menunggu alat-alat yang aku pesan untuk melengkapi alat-utama percobaanku. Itu juga kalau menunggu bisa dikatakan sebagai aktifitas. Ashim satu-satunya teman Muslimku di lingkungan kelompok penelitianku menawarkan untuk berbuka puasa bersama di Masjid Mahasiswa di rijscoolstraat. Berhubung konon menu berbukanya menghebohkan, rupa-rupa masakan Maroko, maka aku meng-iyakan saja. Yang membuatku rada males sebenarnya adalah kenyataan bahwa aku harus jalan kaki kesana. Tapi OK lah, bukan karena gratisnya, tapi baik juga untuk menjaga ritme hidup di negeri yg mayoritas katolik ini. Read the rest of this entry »

Ayunan langkah

Akhir-akhir ini, perjalanan kurang lebih 1 km dari studio-kampus lebih senang saya lalui dengan berjalan kaki. Meski kadang-kadang harus melawan hawa dingin sampai -10°C, namun tetap juga jalan kaki. Justru kadang semakin nikmat, karena sesembari bisa saling lempar bola salju dengan mahasiswa-mahasiswa lain yang juga berjalan kaki. Entah mengapa, suasana dan aura berjalan kaki mampu meresonansi otak  untuk berfikir lebih mendalam tentang berbagai hal. Ayunan langkah seolah seperti derigen yang mempertahankan dan mengatur ritme otak, dari satu idea ke idea berikutnya. Seumpama dentuman drum  yang ditabuh untuk memicu para pedayung agar mengayuh seirama dengan kekuatan penuh.

Menulis tentang “langkah” jadi teringat nasihat dari ustadz ketika mengaji di surau di pinggir kampung. Pada setiap langkah yang ditapaki oleh para penuntut ilmu selalu diiringi dengan sahdu tasbih dan do’a dari para malaikat yang mendoakan penuntut ilmu tersebut. Makanya, tidak jarang, teman-teman mengaji dahulu memilih jalan memutar untuk memperbanyak langkah perjalanan mereka dari rumah ke surau tempat mengaji. Mungkin saya baru benar-benar menyadari sekarang bahwa berjalan adalah sebuah teknik ampuh mempertajam daya pikir dan meningkatkan kualitas pikiran. Padahal jika diingat kembali, saya banyak melakukan internalisasi dari pelajaran-pelajaran kuliah dulu ketika harus pulang jalan kaki dari kampus (Ganesa) ke kost (Cisitu lama). Banyak jalan, makin sehat dan tentu saja banyak idea. Read the rest of this entry »

Membangun Pariwisata Lombok, Pelajaran dari Negara-negara Eropa

Jika kita berkelana berdarmawisata dinegara-negara eropa, jujur saja tidak banyak yang bisa dilihat atau dinikmati. Setidaknya begitulah yang dirasakan penulis setelah menelusiri Belgia, Belanda, Jerman dan Prancis. Tidak ada bentangan alam untaian zamrud manikam yang indah pada bentangan tanah mereka. Malah cuaca sangatlah buruk, susah sekali diprediksidan snagat tidak bersahabat.

Paket wisata terutama hanya berupa tour religi mengunjungi ritus-ritus gereja atau bangunan-bangunan bersejarah lainnya. Namun yang mengesankan adalah bagaimana yang sedikit ini dikemas begitu menarik sehingga memberikan nilai tambah yang begitu besar. Bisa dihitung dengan jari, yang menawarkan keindahan alam pegunungan atau bentangan pasir putih yang berkilauan oleh pancaran fatamorgana seperti yang banyak ditemui di negara zamrud khatulistiwa-Indonesia. Read the rest of this entry »